Minggu, 22 Juli 2012 | By: Susiana Sidabutar

Instrumentasi Medis: Fantom Mamografi CIRS 011 A


Fantom CIRS 011 A
Fantom Payudara CIRS Model 011A
 
            Fantom payudara CIRS model 011A berisi target-target yang diatur untuk menguji ambang pada mesin mamografi. Tubuh fantom tersebut memiliki tebal/tinggi 4.5 cm, panjang 12.5 cm, dan lebar 18.5 cm. Fantom CIRS model 011A mensimulasikan sebuah komposisi jaringan glandular rata-rata. Model 011A dirancang untuk menguji kinerja pada beberapa sistem mamografi. Objek-objek didalam fantom mensimulasikan kalsifikasi, serat dan massa tumor. 
Lokasi dan posisi objek uji dalam fantom
 
Dari gambar diatas tiap fantom mamografi CIRS berisi rincian atau spesifikasi sebagai berikut:
1.      Target pasangan garis (20 lp/mm)
Kelompok Bintik dengan diameter:

2.      0.130 mm
3.      0.165 mm
4.      0.196 mm
5.      0.230 mm
6.      0.275 mm
7.      0.400 mm
8.      0.230 mm
9.      0.196 mm
10.  0.165 mm
11.  0.230 mm
12.  0.196 mm
13.  0.165 mm
Step Wedge dengan 1 cm:
14.  100 % kelenjar (gland)
15.  70 % kelenjar (gland)
16.  50 % kelenjar (gland)
17.  30 % kelenjar (gland)
18.  100 % lemak
Serat dengan diameter:
19.  1.25 mm
20.  0.83 mm
21.  0.71 mm
22.  0.53 mm
23.  0.30 mm
Massa dalam 75% kelenjar/25% lemak, dengan tebal:
24.  4.76 mm
25.  3.16 mm
26.  2.38 mm
27.  1.98 mm
28.  1.59 mm
29.  1.19 mm
30.  0.90 mm
31.  Densitas optis (zona referensi)
32.  Tepi berkas (target lokalisasi)

Instrumentasi Medis: Fantom Mamografi ACR 18-220


 Fantom Nuclear Associates 18-220

      Mammographic Accreditation Phantom (model 18-220) digunakan untuk memastikan kualitas citra optimum dan kinerja maksimum pada sebuah sistem mamografi. Fantom ini memenuhi spesifikasi fantom ACR dan persyaratan kontrol kualitas yang berisi objek uji. Objek uji ini digunakan untuk mensimulasikan indikasi-indikasi kanker dan dapat memeriksa kinerja secara keseluruhan pada generator sinar-X, dan lain-lain. Fantom akreditasi mamografi ditujukan sebagai bagian dari program kontrol kualitas. Selain itu, fantom ini dapat memeriksa perubahan pencitraan sehingga dapat memperoleh koreksi yang diperlukan dalam pemeliharaan kinerja maksimum sistem.

Fantom Nuclear Associates 18-220
            Pada Gambar diatas dirancang untuk menguji kriteria sistem mamografi dengan evaluasi kuantitatif dari kemampuan sistem untuk citra struktur yang kecil yang mirip ditemukan pada klinis. Benda uji bintik-bintik dalam fantom mensimulasikan kalsifikasi, serat sesuai dengan kalsifikasi dalam kelenjar, dan tumor atau massa. Fantom ini dirancang untuk menentukan jika sistem mamografi tersebut dapat mendeteksi struktur kecil yang penting dalam deteksi dini kanker payudara.
            Fantom yang terbuat dari acrylic ini memiliki tebal 42 mm dengan disisipkan sebuah lempengan lilin yang berisi 16 set benda uji setebal 7 mm. Semua material fantom tersebut ekuivalen dengan sebuah payudara yang tebalnya 4,5 cm setelah dikompresi dengan komposisi rata-rata kelenjar/adiposa. Termasuk di dalam lilin disisipkan aluminium oksida (Al2O3) yang mensimulasikan mikrokalsifikasi dalam kelompok bintik-bintik. Enam serat nilon berbeda ukuran mensimulasikan struktur berserat dan lima lensa massa berukuran berbeda mensimulasikan tumor.
Lokasi dan posisi benda uji dalam fantom 
 
Ukuran-ukuran dalam gambar diatas adalah sebagai berikut :
·         Kelompok Serat dengan tebal:
1.      1,56 mm
2.      1,12 mm
3.      0,89 mm
4.      0,75 mm
5.      0,54 mm
6.      0,40 mm.
·         Kelompok Bintik-bintik dengan diameter:
7.      0,54 mm
8.      0,42 mm
9.      0,32 mm
10.  0,24 mm
11.  0,16 mm.
·         Kelompok Massa dengan diameter dan ketebalan penurunan:
12.   2,00 mm
13.  1,00 mm
14.  0,75 mm
15.  0,50 mm
16.  0,25 mm.
            Fantom Akreditasi Mamografi diproduksi tunggal oleh American College of Radiology (ACR). Fantom ini sangat rentan terhadap suhu di atas 110° F. Fantom harus selalu dalam keadaan bersih dan jika tidak digunakan sebaiknya fantom disimpan dalam tempat yang kering dan sejuk.

Senin, 20 Februari 2012 | By: Susiana Sidabutar

Radioterapi Kobalt 60


Hai pencinta blog, izinkan aku membagikan apa yang aku dapat mengenai kobalt 60 ya tapi yang udah diaplikasikan pada dunia medis (radioterapi) yaaa... Silahkan membaca ;-)

 
Radioterapi Cobalt-60
Perangkat Cobalt menyediakan pengobatan energi rendah (1,17 dan 1,33 MV) menggunakan Cobalt-60 sebagai sumber radiasi. Nikel berlapis, pelet Cobalt-60 dengan aktivitas sangat spesifik dienkapsulasi dalam dua lapisan stainless steel rendah karbon, disegel dengan pengelasan heliarc dalam sebuah silinder. Sumber silinder, yang berdiameter sekitar 1 sampai 2 cm, sudah terpasang pada bagian kepala; suatu laci dorong pneumatis (berisi udara) menggerakkan sumber dari penyimpanan ke posisi eksposur (terpapar). Penempatan sumber yang akurat dicapai dengan pembatasan jumlah perangkat. Sumber dikelilingi oleh lead dalam segala arah sebagai pelindung radiasi. Seperti Linac, perangkat Cobalt dipasang secara isosentris. Jarak sumber ke sumbu adalah 80 atau 100 cm.

                                                             Gambar 1. Mesin Kobalt 60


                                                Gambar 2. Animasi Teleterapi Kobalt 60
Kolimator adjustable (dapat disetel) digunakan untuk mendefinisikan bidang pengobatan, dan suatu filter khusus atau modifier berkas juga tersedia untuk kebutuhan terapi individu. Unit radioterapi Cobalt dioperasikan sama dengan Linac, yaitu dengan energi rendah. Energi foton yang dihasilkan adalah 1,33 MV; berkas elektronnya bekerja  seperti berkas Linac, sebesar 3,3 MV. Karena radiasi Cobalt mencapai dosis maksimum 0,5 cm di bawah permukaan kulit, maka terapi ini cocok terutama untuk radioterapi kepala, leher, dan payudara, serta untuk tumor yang letaknya berjarak 5 cm dari permukaan kulit pada bagian lain tubuh.
      Beberapa fungsi dosimetri menyediakan bantuan dalam komputasi dosis serap pada seorang pasien berdasarkan pengukuran data pada sebuah fantom. Fungsi dosimetri menjelaskan dosis pada variasi titik dalam space ‘dipakai’ dengan sebuah fantom referensi, sebuah fantom atau mini fantom dalam udara. Pengukuran isosentris radiasi ionisasi TAR hanya digunakan pada rentang energi kobalt 60 radiasi gamma dan kebawah, karena kesulitan pengukuran radiasi pada udara. Sehinga TPR adalah nilai yang digunakan pada kobalt 60 radiasi gamma dan pada beberapa berkas radiasi foton megavoltage. Dan memungkinkan untuk mengukur nilai TPR pada SSD tertentu dan SAD formalisme.
      Dalam SAD formalism pengukuran nilai TPR sangat sulit untuk mengukurnya pada variasi kedalaman dan untuk ukuran lapangan yang berbeda. Untuk pengukuran secara langsung TPR pada LINAC kita perlu menempatkan kamar ionisasi pada udara dan pada air di lingkungan yang berbeda tapi dalam pengaturan kondisi yang sama. 2 titik dikatakan cukup baik disini.
     Salah satu pengukuran berkenaan dengan hamburan kolimator dengan mini fantom dalam udara yang mana memiliki error selama pengaturan system dosimetri untuk tiap dan setiap ukuran lapangan9, 10. Tapi ini mungkin untuk menghitung nilai TPR dalam pengukuran langsung pada SSD formalism tertentu. Dalam SSD formalism tertentu, pengukuran PDD merupakan cara yang paling mudah dan menpunyai sedikit kesempatan error karena sedikit kesulitan dalam pengaturan dosimetri. Jika kita bisa mengukur nilai PDD dalam kondisi referensi maka mungkin untuk menghitung nilai TPR pada beberapa ukuran kedalaman di beberapa kedalaman.
      Untuk pengukuran data TPR kita perlu mengatur kamar ionisasi pada kondisi yang berbeda dalam udara dan dalam air. Pengaturan akan bervariasi untuk ukuran lapangan berbeda dengan kedalaman. Sehingga keseluruhan prosedur menghabiskan waktu dan mempunyai kemungkinan hilangnya konsistensi pengukuran. Namun mudah untuk menghitung nilai TPR di beberapa ukuran lapangan pada kedalaman berbeda dalam air. Jika kita suka mengukur nilai PDD pada kondisi referensi atau beberapa ukuran lapangan dalam kedalaman, formula dapat dipakai. Titik yang lain jika kita menormalisasi data PDD maka ini tidak diperintahkan untuk mengkoreksi temperature dan tekanan.

Secara umum, ada tiga teknik pemberian radiasi, yakni radiasi eksterna (teleterapi), radiasi interna (brakiterapi), dan intravena (i.v.). Dalam aplikasi radioterapi Co-60, teknik yang digunakan adalah teknik radiasi eksterna atau teleterapi. Sumber sinar berupa aparat sinar-X atau radioisotop yang ditempatkan di luar tubuh. Sinar diarahkan ke tumor yang akan diberi radiasi. Besar energi yang diserap oleh suatu tumor tergantung dari : besarnya energi yang dipancarkan oleh sumber energi, jarak antara sumber energi dan tumor, dan kepadatan massa tumor. Teleterapi umumnya diberikan secara fraksional dengan dosis 150-250 rad per kali, dalam 2-3 seri. Diantara seri 1-2 atau 2-3 diberi istirahat 1-2 minggu untuk pemulihan keadaan penderita sehingga radioterapi memerlukan waktu 4-6 minggu.
Mesin treatment memasukkan sumber-sumber gamma untuk keperluan radioterapi berkas eksternal yang disebut mesin teletrapi. Sebagian besar sering dibuat secara isosentris, membiarkan berkas berotasi di sekitar pasien dengan SAD yang ditentukan. Mesin teletrapi modern memiliki SAD 80 sampai 100 cm. komponen utamanya antara lain: sumber radioaktif; sebuah sumber blok atau kerangka mesin atau pesawat, termasuk berkas kolimator, dan sumber mekanisme pergerakan; sebuah gantry dan penegak (stand) dalam mesin isocenter atau kumpulan penyokong kerangka mesin dalam mesin penegak; sebuah kumpulan penyokong pasien; dan sebuah mesin consol.
Sinar yang dipakai untuk radioterapi Cobalt adalah sinar gamma. Sinar gamma merupakan sinar elektromagnetik atau foton. Sinar ini dapat menembus tubuh. Daya tembusnya tergantung dari besar energi yang menimbulkan sinar itu. Makin tinggi energinya atau makin tinggi voltagenya, makin besar daya tembusnya dan makin dalam letak dosis maksimalnya.
Ada 2 jenis dosis radiasi, yaitu :
1.      Radiasi Kuratif
Diberikan kepada semua tingkatan penyakit, kecuali pada penderita dengan metastasis jauh. Sasaran radiasi adalah tumor primer, KGB leher dan supra klavikular. Dosis total radiasi yang diberikan adalah 6600-7000 rad dengan fraksi 200 rad, 5 x pemberian per minggu. Setelah dosis 4000 rad medulla spinalis di blok dan setelah 5000 rad lapangan penyinaran supraklavikular dikeluarkan.
2.      Radiasi Paliatif
Diberikan untuk metastasis tumor pada tulang dan kekambuhan lokal. Dosis radiasi untuk metastasis tulang 3000 rad dengan fraksi 300 rad, 5 x per minggu. Untuk kekambuhan lokal, lapangan radiasi terbatas pada daerah kambuh.
Bagian Radiologi FK UI / RSCM memberikan dosis per fraksi 200 cGy yang diberikan 5 x dalam seminggu untuk tumor primer maupun kelenjar. Setelah dosis mencapai 4000 cGy penderita mendapat istirahat selama 2-3 minggu, pada akhir istirahat dilakukan penilaian respon terhadap tumor untuk kemungkinan mengecilkan lapangan radiasi dan penilaian ada tidaknya metastasis jauh yang manifes. Setelah itu radiasi dilanjutkan 10-13 x 200 cGy lagi untuk tumor primer sehingga dosis total adalah 6000-6600 cGy. Bila tidak didapatkan pembesaran kelenjar regional maka radiasi efektif pada kelenjar leher dan supraklavikular cukup sampai 4000 cGy.
Respon dan Komplikasi Pasca Terapi Radiasi
Setelah diberikan radiasi, maka dilakukan evaluasi berupa respon terhadap radiasi. Respon dinilai dari pengecilan kelenjar getah bening leher dan pengecilan tumor primer di nasofaring. Penilaian respon radiasi berdasarkan kriteria WHO :
1.      Complete Response : menghilangkan seluruh kelenjar getah bening yang besar.
2.      Partial Response : pengecilan kelenjar getah bening sampai 50% atau lebih.
3.      No Change : ukuran kelenjar getah bening yang menetap.
4.      Progressive Disease : ukuran kelenjar getah bening membesar 25% atau lebih.
Dalam aplikasi radioterapi Co-60, efek samping terjadi pada jaringan yang normal karena terkena paparan radiasi. Komplikasi radioterapi dapat berupa :
1.      Komplikasi dini.
Biasanya terjadi selama atau beberapa minggu setelah radioterapi, seperti : xerostomia, mual-muntah, mukositis – anoreksi, dermatitis, dan eritema.
2.      Komplikasi lanjut.
Biasanya terjadi setelah 1 tahun pemberian radioterapi, seperti : kontraktur, gangguan pertumbuhan, dan lainnya.

Sebuah Pemodifikasian Formula Untuk Menentukan Tissue Phantom Ratio (TPR) Berkas Foton: Instrumentasi Medis


Sebuah Pemodifikasian Formula Untuk Menentukan Tissue Phantom Ratio (TPR) Berkas Foton

Konsep Tissue Air Ratio (TAR) bekerja dengan baik pada pengaturan isosentris untuk energi foton Kobalt 60 dan kebawah. Untuk sinar X megavoltage yang dihasilkan dengan energi tinggi treatment LINAC, konsep TAR berhenti karena kesulitan dalam pengukuran “dosis pada massa kecil air di udara” pada energi tersebut (ukuran build-up cap yang ditentukan untuk kamar ionisasi menjadi terlalu besar. Untuk melewatkan masalah ini, konsep TPR diperkenalkan untuk penggunaan pada megavoltage pengaturan isosentris. Untuk pengukuran dosis kedalaman pada metode SSD dan SAD pada air dan pada udara- PTW fantom air dengan interface MP3 sudah digunakan untuk gerakan Farmer kamar ion volumnya 0.01cc. Software Mephysto juga digunakan untuk gerakan kamar ion untuk pemerolehan data tambahan 1mm keduanya secara lateral dan dalam kedalaman. Sigma Plot 8.0 dipakai untuk menganalisis pengukuran data, dan menghitung deviasi standar.
Nilai TPR yang normal dihitung dari data pengukuran PDD tanpa beberapan modifikasi TPR20,10 .Dan dapat juga diperoleh dari relasi yang sederhana:
TPR20,10=1.2661 PDD20,10 - 0.0595 ………….…(1) 

PDD20,10 disini  adalah rasio PDD 20 cm dan 10 cm untuk ukuran lapangan 10cmx10cm ditetapkan pada permukaan fantom dengan SSD 100 cm. TPR dibentuk dengan rasio dosis serap (D2 ) pada kedalaman d sampai dosis D1 pada kedalaman referensi dr (Gambar 1).
TPR(d,B)= D2/D1…………….………………….(2)
Hal ini penting untuk menjadi catatan bahwa formulasi ini, ukuran lapangan menunjuk kepada ukuran lapangan pada kedalaman d sehingga D3/D4 = TPR (d,C). TPR bergantung pada sedikit parameter dari PDD. Secara khusus definisi TPR ini tidak bergantung pada jarak dari sumber.



Gambar 1: skema diagram pengaturan pengukuran untuk memperoleh PDD dan TPR
Pada sistem yang sama pengukuran TPR menggunakan formula berikut TPR (z,AQ,hγ) = laju dosis pada titik P (Dp) atau laju dosis pada Pref = Dp/Dpref .
Dp disini adalah pengukuran pada kedalaman berubah-ubah dimana kita mengetahui nilai TPR dan Dref  adalah pengukuran dosis pada kedalaman referensi khusus 5 cm pada berkas sumbu utama. Penting bahwa ukuran lapangan selalu konstan pada titik Q di kedua diagram. Diagram menunjukkan bahwa kita perlu untuk mengukur dosis pada 2 kondisi yang berbeda. Kita perlu mengatur prosedur dosimetri dua kali untuk pengukuran, sehingga mempunyai kesempatan untuk membuat error.  Salah satu pengaturan terkait dengan yang lain adalah pemenuhan atau penghilangan air dari fantom air. Hal ini menghabiskan waktu. Dalam kerjanya, modifikasi formula sudah dikembangkan untuk mengukur nilai TPR pada beberapa ukuran lapangan di
beberapa kedalaman dari nilai PDD. Keuntungan utama formulasi ini, kita dapat mengukur dengan mudah pengukuran PDD di beberapa ukuran lapangan pada beberapa kedalaman. Dan mengurangi kesalahan karena penempatan kamar ionisasi dilakukan satu kali dan pada berkas sumbu utama.
Formulasi
Diagram (Gambar 1) skema pengukuran PDD dan TPR pada fantom air diilustrasikan dengan:
Dari
mengikuti
menggunakan
Terakhir diperoleh       
 
Dan
 
Atau
 
Sebuah pengaturan formula yang lengkap diberi untuk mengkonversi PPD untuk foton dari 1 SSD ke SSD yang lain dari PDD. Karena Peak Scatter Factor (PSF) sering dekat pada kesatuan, rasio ini sering diabaikan. Dan tidak menjadi soal apakah persamaan 11 atau 12 digunakan.



Alasan untuk perbedaan terkait asumsi digunakaannya persamaan asal 11, bahwa PSF tidak bergantung SSD6, 7, 8. Namun kenyataannya tidak benar. Untuk alasan konsistensi, pembaca boleh menggantikan ke tambahan 25 ke “the British Journal of Radiology” jika ingin menghitung TPR dan menghitung kesamaan kuantitas sumbu utama dan hal kesalahan.